A.
Pendahuluan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sain
(IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi.
Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut,
arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah
ruah. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini,
kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi,
kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan
kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir
seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena
matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar
konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir
rasional.
Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan, baik dalam permasalahan
matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan kemampuan Daya
Matematis (mathematical power). Oleh karena itu bagaimana pembelajaran
matematika dilaksanakan sehingga dapat menumbuh kembangkan daya matematis
siswa.
Istilah “daya matematis” tidak tercantum secara
eksplisit dalam kurikulum pembelajaran matematika di Indonesia, namun tujuan
pembelajaran matematika dalam kurikulum di Indonesia menyiratkan dengan jelas
tujuan yang ingin dicapai yaitu: (1) Kemampuan pemecahan masalah (problem
solving); (2) Kemampuan berargumentasi(reasonning); (3) Kemampuan berkomunikasi
(communication); (4) Kemampuan membuat koneksi (connection) dan (5) Kemampuan
representasi (representation). Kelima hal tersebut oleh NCTM (1999)
dikenal dengan istilah standar proses daya matematis (mathematical power proses
Standards).
Menurut
Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran: (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan
temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa.
Ketika sebuah konsep informasi
matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa
mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi
transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon
yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi
tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi
masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik
matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu,
kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.
B.
Pengertian
Komunikasi Matematika
Dalam matematika penalaran merupakan suatu aktivitas berpikir untuk
menarik kesimpulan baru yang berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui
benar ataupun yang dianggap benar (penalaran induktif dan deduktif), sedangkan
pemecahan masalah, yaitu suatu proses diterimanya tantangan (challenge) yang
ada serta usaha untuk menemukan jawabannya. Kedua aktivitas berpikir tadi harus
dikomunikasikan secara lisan ataupun tertulis sehingga dapat diketahui orang
lain.
The Common Core of Learning ( dalam Department of Education, 1996 : 2 ),
menyarankan, semua siswa seharusnya “ …justify and communicate solutions to
problems”. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan
menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif
dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide
mereka, atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide,
strategi dan solusi. Menulis mengenai matematika mendorong siswa untuk
merepleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka
sendiri. Membaca apa yang siswa tulis adalah cara yang istimewa untuk para guru
dalam mengidentifikasi pengertian dan miskonsepsi dari siswa.
Adapun indikator komunikasi
matematis menurut NCTM (1989 : 214), dapat dilihat dari :
1. Kemampuan
mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. Kemampuan
memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara
lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
3. Kemampuan dalam
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya
untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model
situasi.
Sedangkan menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan
siswa untuk :
1.
Menghubungkan benda nyata, gambar,
dan diagram ke dalam idea matematika;
2.
Menjelaskan idea, situasi dan relasi
matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan
aljabar;
3.
Menyatakan peristiwa sehari-hari
dalam bahasa atau simbol matematika;
4.
Mendengarkan, berdiskusi, dan
menulis tentang matematika;
5.
Membaca dengan pemahaman atau
presentasi matematika tertulis;
6.
Membuat konjektur, menyusun
argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
7.
Menjelaskan dan membuat pertanyaan
tentang matematika yang telah dipelajari.
Jadi jelaslah bahwa komunikasi
matematika merupakan kemampuan merepleksikan pemahaman matematik dengan
berbagai bentuk baik itu tulisan, lisan, gambar, grafik dan lain sebagainya.
C.
Peran
Matematika Sebagai Alat Komunikasi
Pembuktian secara tertulis tadi telah
menunjukkan bahwa, kata-kata, lambang matematis, dan bilangan telah digunakan
untuk mengkomunikasikan ide-ide dan pikiran penulis. Di bawah judul ‘Why teach
mathematics’; laporan Cockroft (1986: 1) menyatakan bahwa: “We believe that all these perceptions of the
usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics provides a
means of communication which is powerful, concise, and unambiguous.”
Pernyataan ini menunjukkan tentang
perlunya para siswa belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat,
teliti, dan tidak membingungkan. Sebagai contoh, masih menurut laporan
Cockroft, notasi 20 × 3 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti:
1. Jarak tempuh
sepeda motor selama 3 jam dengan kecepatan 20 km/jam.
2. Luas permukaan
kolam dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 3 meter.
3. Banyak roda
pada 20 buah becak.
Contoh di atas telah menunjukkan
bahwa suatu notasi, yaitu 20 × 3 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda.
Selain itu, lambang, gambar, dan tabel dapat juga digunakan untuk menyampaikan
informasi. Bayangkan jika para siswa tidak mempelajari matematika, dan tidak biasa mengkomunikasikannya
bagaimana cara mereka untuk menyatakan jarak yang ditempuh sepeda motor
selama waktu dan dengan kecepatan tertentu ? Bagaimana cara mereka untuk
menentukan luas permukaan kolam dengan ukuran tertentu ? Bagaimana cara mereka untuk menyatakan banyaknya roda becak,
sepeda motor, mobil dalam jumlah tertentu?
Sejalan dengan itu, Suriasumantri
(1988: 190) menulis: “Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang lambang matematika
bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
Berdasar penjelasan di atas, KBK
(Depdiknas, 2002: 6) menyatakan: “Banyak persoalan ataupun informasi
disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau
masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan
matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis,dan efisien. Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.” Hal ini sesungguhnya
telah membenarkan laporan Cockroft sebelumnya yang menyatakan bahwa
siswa harus belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat
komunikasi yang sangat kuat dan berpengaruh
(powerful), teliti dan tepat (concise), dan tidak membingungkan
(unambiguous).
D.
Komunikasi matematika dalam Pembelajaran
Kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah
penting. Seseorang tidak akan
pernah mendapat gelar master atau doktor, serta profesor sebelum ia mampu
mengkomunikasikan ide dan pendapatnya secara runtut dan sistematis dalam bentuk
tesis ataupun disertasi. Secara
umum, sejalan dengan semakin kuatnya tuntutan keterbukaan dan akuntabilitas
dari setiap lembaga, kemampuan mengkomunikasikan ide dan pendapat akan semakin
dibutuhkan.
Principles and Standarts for School Mathematics, (NCTM 2000: 60)
mendeklarasikan pernyatakan bahwa program pembelajaran di kelas-kelas TK sampai
SMU di Amerika Serikat harus memberi kesempatan kepada para siswa untuk:
1. Mengorganisasi dan
mengkonsolidasikan pemikiran dan ide matematika dengan cara mengkomunikasikannya.
2. Mengkomunikasikan pemikiran
matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman sejawatnya, gurunya, dan orang lain.
3.
Menganalisis
dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain. 4. menggunakan bahasa matematika untuk
menyatakan ide-ide mereka dengan tepat.
Secara umum,
matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan/kemampuan
menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse).
Peressini dan Bassett (dalam NCTM,1966) berpendapat bahwa tanpa komunikasi
dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang
pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti,
komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan sisiwa dalam
menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari, Dalam bagian
lain, Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat,
“Jika kita
sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai
bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika”.
Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam
matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna
matematika selama belajar,
mengajar, dan meng-assess matematika.
Jika demikian adanya, bagaimanakah
meng-assess komunikasi dalam matematika? Menurut Cai, J., Lane, S., dan
Jakbcsin, M.S. (dalam NCTM, 1996) salah satu model yang pernah berkembang untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi matematika siswa adalah seperti yang
dicontohkan QCAI (QUASAR Cognitive Assessment Instrument). QUASAR adalah suatu
proyek nasional di Amerika yang didesain untuk mengembangkan pembelajaran
matematika bagi siswa di sekolah menengah. Model ini dinamakan Open-Ended
Tasks. Di dalamnya berupa format evaluasi dalam bentuk pertanyaan open-ended,
yaitu suatu pertanyaan yang memberi keleluasaan pada siswa untuk menjawab
secara benar dengan kemungkinan alasan atau cara menjawab yang beragam.
Caranya, siswa diberi pertanyaan opend-ended dan siswa harus menjelaskan
jawabnya. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, menurut Peressini dan Bassett (dalam NCTM, 1996) lebih memberi kesempatan dan pengalaman
belajar, serta masalah komunikasi yang dimiliki siswa.
Setelah jawaban siswa diperoleh
melalui format open-ended, berikutnya jawaban-jawaban itu dianalisis dan diberi
skor dengan menggunakan panduan yang disebut Holistic Scoring Rubrics,
yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menskor respon siswa dari open
ended tasks. Skor ini diberi level 0,1,2,3, dan 4. Setiap skor yang diraih
siswa mencerminkan kemampuan siswa dalam merespons persoalan yang diberikan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek: pengetahuan matematika (mathematical
knowledge), strategi pengetahuan (strategis knowledge) dan
komunikasi ( communication).
Berkait dengan aktivitas
komunikasi dalam pembelajaran matematika, KBK (Depdiknas, 2002:9) menyatakan
bahwa salah satu kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika yang berkait dengan keterampilan (kemahiran) matematika adalah
kompetensi mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah serta
pemecahannya. Karena KBK (Depdiknas, 2002: 11) juga menyatakan bahwa kemampuan
matematika yang dipilih serta ditetapkan sudah dirancang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, maka
kompetensi yang berkait dengan komunikasi ini harus dicapai selama proses
pembelajaran sedang berlangsung di
kelas. Sekali lagi, kegiatan mengkomunikasikan hasil dan proses belajar dan menemukan ide-ide matematika ini
akan menjadi sangat penting karena akan tetap digunakan para siswa baik ketika
mereka masih duduk di bangku sekolah dan universitas,ataupun ketika mereka
sudah meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja dan melebur adalam kehidupan bermasyarakat.
Pertanyaan yang kemungkinan besar dapat diajukan guru berkait dengan kompetensi
berkomunikasi ini akan berkait
dengan contoh-contoh aktivitas komunikasi selama proses pembelajaran matematika
di kelas.
Daftar Pustaka
Cockroft, W.H. (1986). Mathematics Counts. London: HMSO.
Depdiknas – Pusat Kurikulum – Balitbang (2002). Kurikulum
Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta.
Department of Education (1996). Educator Servis
teaching & Learning Curriculum esources, Mathematics
Curriculum Framework Achieving Mathematical Power – Desember1996. [Online]. Tersedia: www.doe.mass.edu/frameworks/ math/2011-similar. (diakses 5 April 2011)
Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMA. Tersedia online pada http://www.puskur.co.id , Juli 2011.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards
for School Mathematics. Reston, VA: Authur.
Suriasumantri, J.S. (1988). Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar
Harapan.
Sumarmo, U. (2003). Daya dan Disposisi Matematik: Apa,
Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. http://www.suaraguru.wordpress.com. (diakses 7 april 2011).
alhamdulillah tugas terbantu
BalasHapusIzin copy paste yah mba :)
BalasHapusPuji dansyukur tuhan tugasku terbantu dalam ilmiah ini engkau memberikan semangat buat penusun ini..Sekian dan terima kasih...
BalasHapusIjin copy paste yah kak, buat tugas saya... nanti link nya saya cantumkan di daftar rujukan :) trimakasih :):)
BalasHapus