TEORI PENGEMBANGAN KOGNITIF PIAGET


                           TEORI PENGEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
A.      Pendahuluan
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget secara kuat mempengaruhi cara kita melihat bagaimana individu belajar dan proses individu membangun pengetahuan mereka sendiri. Hal ini terutama berlaku dalam disiplin ilmu matematika. Konsep matematika dibangun satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan teori Jean Piaget menganggap langkah-langkah melalui proses yang terjadi.
Setiap tahap perkembangan kognisi Piaget akan digambarkan dan ditandai, tahap perkembangan matematika dapat dijadikan dasar yang kokoh untuk pembelajaran matematika di masa depan. Kesimpulannya akan dapat mengahsilkan implikasi umum mengenai pengetahuan tentang tahap perkembangan untuk instruksi matematika.
Asumsi yang mendasari yaitu Piaget percaya bahwa perkembangan anak terjadi melalui transformasi terus-menerus proses pemikiran. Suatu tahap perkembangan terdiri dari periode bulan atau tahun pada saat pengembangan tertentu mengambil tempat. Piaget percaya bahwa pengembangan anak-anak yang tetap dan secara bertahap terus menerus sepanjang tahapan yang bervariasi dan pengalaman akan membentuk fondasi untuk gerakan selanjutnya. Semua orang melewati setiap tahap sebelum memulai satu tahapan berikutnya; tidak ada yang melompat setiap tahap.

B.     Tahapan Pengembangan Kognitif
Piaget telah mengidentifikasi empat tahap utama pembangunan: sensorimotor, praoperasional, beton operasional, dan formal operasional.
1.      Tahap sensorimotor
Tahap pertama pengembangan yang diidentifikasi Piaget adalah tahap sensorimotor. Ini umumnya terjadi antara kelahiran sampai dua tahun. Pada titik ini, anak-anak belajar menggunakan pancaindra mereka dan perlu pengalaman nyata untuk memahami konsep dan ide-ide. Tahap ini ditandai dengan perolehan progresif keabadian dalam objek anak menjadi mampu untuk menemukan benda setelah diganti, bahkan jika benda-benda telah dibawa keluar sudut pandangnya. Sebagai contoh, percobaan Piaget pada tahap ini yaitu menyembunyikan objek dibawah bantal untuk melihat apakah bayi dapat menemukan objek.
Karakteristik tambahan anak-anak ini tahap adalah kemampuan mereka untuk menghubungkan nomor ke objek (Piaget, 1977) (misalnya, satu anjing, dua kucing, tiga babi, empat kudanil). Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak ditahap ini, kemampuan anak mungkin akan meningkat jika diberikan banyak kesempatan untuk bertindak terhadap lingkungan yang tidak terbatas (namun aman) sebagai cara untuk mulai membangun konsep. Bukti menunjukkan bahwa anak-anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Pendidik dalam tahap pengembangan anak harus meletakkan pondasi matematika yang kuat dengan menyediakan kegiatan yang menggabungkan menghitung dan dengan demikian meningkatkan pengembangan konseptual anak-anak mengenai angka. Misalnya, guru dan orangtua dapat membantu anak-anak menghitung jari-jari mereka, mainan, dan permen. Kegiatan lain yang bisa meningkatkan perkembangan matematis anak-anak pada tahap ini yaitu menghubungkan matematika dan bahasa. Ada banyak buku anak-anak yang berisi matematika. Karena anak-anak pada tahap ini dapat menghubungkan angka ke objek, didapat manfaat dari melihat gambar benda dan angka mereka masing-masing secara bersamaan. Seiring dengan manfaat matematika, buku anak-anak dapat berkontribusi untuk pengembangan keterampilan membaca dan pemahaman.
2.      Tahap preoperasional
Tahap kedua perkembangan kognitif diidentifikasi oleh Jean Piaget adalah tahap preoperasional, selama 2-7 tua tahun. Selama periode ini, anak-anak dapat melakukan satu langkah mengenai masalah logika, mengembangkan bahasa, operasi egosentris dan terbatas pada logika. Pengembangan anak-anak terus berlanjut, dan tahap ini menandai awal memecahkan masalah yang lebih matematis berdasarkan seperti penambahan dan pengurangan.
Persepsi anak dalam tahap pengembangan umumnya terbatas pada satu aspek atau dimensi objek dengan mengorbankan aspek lain. Mengajar siswa dalam tahap pengembangan ini harus menggunakan kuisioner yang efektif tentang karakteristik objek. Misalnya, ketika siswa menyelidiki bentuk-bentuk geometris, guru bisa meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan bentuk dengan karakteristik yang sama. Terlibat dalam diskusi atau interaksi dengan anak-anak dapat menimbulkan penemuan anak-anak dari berbagai cara untuk kelompok suatu objek, sehingga membantu anak-anak berpikir tentang kuantitas dalam cara baru.
3.      Tahap Operasional Konkret
Tahap berikutnya pengembangan kognitif Piaget adalah tahap operasional konkret yaitu anak antara usia 7-11 tahun. Seorang anak akan mampu berpikir logis dan mulai mengelompokkan berdasarkan beberapa ciri dan karakteristik daripada hanya berfokus pada representasi visual. Secara matematis, tahap ini merupakan tahap pengembangan baru yang luar biasa untuk anak. Karena anak sekarang dapat mengklasifikasikan berdasarkan beberapa fitur. Sementara anak-anak sebelumnya terbatas sudut pandang mereka sendiri, mereka sekarang dapat mempertimbangkan sudut pandang lain. Mereka juga dapat mulai memahami ide-ide dan klasifikasi lebih menyeluruh dan mengembangkan cara menyajikan solusi dalam berbagai cara. Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak pada menyajikan beberapa solusi, diskusi di kelas bisa sangat membantu.
Tahap ketiga adalah ditandai dengan pengembangan kognitif yang luar biasa, yaitu ketika pengembangan dan penguasaan keterampilan dasar anak-anak mengenai bahasa mempercepat secara signifikan. Pengalaman dan berbagai cara dari solusi matematika dapat cara membina pengembangan tahap kognitif. Pentingnya kegiatan ini memberikan siswa jalan untuk membuat gagasan abstrak, yang memungkinkan mereka untuk memperoleh ide-ide matematika dan konsep sebagai alat yang berguna untuk memecahkan masalah.
4.      Tahap Operasi Formal
Tahap terakhir pengembangan kognitif Piaget adalah tahap operasional formal, yaitu anak-anak yang berusia antara 11-16 tahun dan terus sepanjang masa dewasa. Ini menandai perubahan yang berbeda pada proses berpikir anak, berpikir lebih logis dan abstrak. Anak pada tahap ini mampu membentuk hipotesis dan konsekuensi yang mungkin menyusun kesimpulan, memungkinkan anak untuk membangun matematika sendiri. Selain itu, biasanya mulai berkembang pola pikir abstrak dimana penalaran menggunakan simbol-simbol murni tanpa perlu gambaran data. Misalnya, peserta didik operasional formal dapat memecahkan x + 2x = 9 tanpa harus mengacu pada situasi konkret yang disajikan oleh guru, seperti, "Toni makan permen dengan jumlah tertentu. Kakaknya makan dua kali lebih banyak. Mereka makan bersama-sama sembilan permen. Berapa banyak permen yang dimakan Tony?"
Keterampilan penalaran dalam tahap ini mengacu pada proses mental yang terlibat dalam generalisasi dan evaluasi argumen yang meliputi klarifikasi, inferensi, evaluasi, dan aplikasi. Klarifikasi mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur masalah, yang memungkinkan mereka untuk menguraikan informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah. Inferensia mengharuskan untuk membuat kesimpulan induktif dan deduktif dalam matematika. Evaluasi mengharuskan kriteria menilai kecukupan solusi masalah. Aplikasi melibatkan siswa menghubungkan konsep-konsep matematika ke kehidupan nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Piaget’s Cognitive Theories Develepment. Artikel diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Piaget%27s_theory_of_cognitive_development.

Ojose, Bobby. Applying Piaget’s Theory of Cognitive Development to Mathematics Instruction. Jurnal diambil dari http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_ojose.pdf.

Reedal, Kristin E. Jean Piaget’s Cognitive Development Theory in Mathematics Education. Jurnal diambil dari http://www.ripon.edu/academics/macs/summation/2010/articles/K.%20Reedal%20-%20Piaget%20Theory.pdf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar