A.
Latar
Belakang
Perbedaan
perempuan dan laki-laki hampir terjadi dalam berbagai bidang. Perbedaan
tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan sebagainya.
Pembelajaran di sini hendak
mendiskusikan menjelaskan perbedaan
gender yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
dalam pencapaian prestasi belajar siswa, ternyata juga
terjadi perbedaan. Perempuan hampir selalu mempunyai prestasi belajar
yang lebih rendah daripada laki-laki. Salah satu studi dilakukan oleh Meighan
(1981) pada hasil General Certificate of
Education (GCE) di Amerika, ternyata menghasilkan data. Pertama, sampai
usia 11 tahun, laki-laki dan perempuan pada umumnya mempunyai tingkat prestasi
yang sama. Kedua,
perbandingan jumlah siswa
laki-laki dan perempuan
yang memperoleh nilai “A”, pada beberapa mata pelajaran, menunjukkan
hasil: Fisika: 6:1; Matematika: 4:1; Kimia: 3:1; Biologi: 9:8; Menggambar:
200:1; Bahasa: 1:2. Secara lebih spesifik
studi ini berupaya
melihat perbedaan gender antara
perempuan dan laki-laki di
SMP/SMU dalam perolehan prestasi belajar.
Berbagai studi
penelitian telah menemukan bahwa
perbedaan-perbedaan gender berpengaruh dalam pembelajaran matematika terjadi
selama usia sekolah dasar (Brandon, 1985). Studi lainnya menyatakan bahwa
adanya pengaruh perbedaan
gender dapat diamati
pada siswa SMP (Benbow, 1988) dan
pada siswa SMA (Leahey,
2001). Di SMA, kesenjangan gender
yang cenderung pada laki-laki ditemukan lebih umum, khususnya pada ranah pemecahan masalah dan aplikasi. Namun
demikian, perbedaan tersebut
kecil dan perbedaan
gender juga dapat
berkurang dari waktu
ke waktu.
Permasalahan
gender dalam pendidikan merupakan salah satu isu yang cukup krusial. Isu gender
dalam pendidikan merupakan implikasi tidak langsung dari budaya
patriarkhi yang berkembang
di masyarakat. Budaya
patriarkhi membedakan posisi laki-laki
dan perempuan. Perbedaan
posisi dan peran tersebut juga
menyebabkan perbedaan prestasi
belajar antara laki-laki
dan perempuan. Dalam makalah ini
mencoba mengangkat permasalahan
apakah ada perbedaan prestasi
belajar siswa laki-laki dan perempuan dalam pembelajaran matematika di sekolah?
B. Perbedaan
Gender dalam Pendidikan
Pengertian gender
adalah suatu sifat
yang melekat pada kaum
laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Menurut Jagtenberg dan D'Alton
(1995), “gender and sex are not the
same thing. Gender specifically
refers to the social meanings attached to biological differences. ... The way we see ourselves and the way we
interact are affected by our internalisation of values and assumptions about
gender”.
Sejarah
perbedaan gender (gender differences)
antara laki-laki dan perempuan terjadi
melalui proses yang sangat panjang, contohnya melalui proses
sosialisasi, ajaran keagamaan serta
kebijakan negara, sehingga perbedaan-perbedaan tersebut seolah-olah dianggap
dan dipahami sebagai kodrat laki-laki
dan perempuan. Selanjutnya, perbedaan gender dapat menghasilkan bentuk-bentuk
marginalisasi, ketidakadilan (gender
inequalities), subordinasi, pembentukan stereotipe, beban kerja ganda (double
burden) serta bentuk-bentuk kekerasan.
Kaum perempuan adalah
pihak yang paling
sering dirugikan dalam praktik-praktik perbedaan gender ini, maka konsep
bias gender dapat diartikan pembentukan sifat atau karakter laki-laki dan
perempuan secara sosial dan kultural yang menguntungkan kaum
laki-laki dan merugikan kaum perempuan (Fakih, 2004). Namun dalam
perkembangannya, konsep bias gender inipun
dapat berlaku sebaliknya.
Ketika laki-laki berada
pada posisi yang dirugikan, maka hal inipun dapat
digolongkan dalam bentuk bias gender.
Perbedaan gender
dalam pendidikan dapat
terjadi dalam perolehan prestasi belajar. Prestasi belajar
menurut Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah (2008)
adalah “taraf keberhasilan
siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran
tertentu”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdiknas, 2008)
bahwa yang dimaksud
dengan prestasi belajar adalah
“penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”.
Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan
yang dicapai dari
suatu kegiatan atau usaha
yang dapat memberikan
kepuasan emosional, dan
dapat diukur dengan alat atau tes
tertentu.
Perempuan
dalam proses pembelajaran di kelas, pada dasarnya memiliki hak dan kesempatan
yang sama untuk
aktif dalam proses
pembelajarannya. Perempuan
dan laki-laki dalam
setiap situasi pendidikan
tersebut sama-sama terbuka untuk
mengakses buku-buku di kelas. Namun, bahan-bahan belajar dan sikap guru
yang secara halus
dapat mempengaruhi penilaian
mereka tentang diri mereka
sendiri serta masyarakat.
Bahan-bahan belajar yang
dimaksud adalah bahan-bahan belajar yang
membedakan peran gender laki-laki
dan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (Anonim,
2008) membuktikan bahwa
buku-buku pelajaran sarat dengan nuansa bias gender lebih dari 50
persen, meskipun telah dilakukan
perbaikan, namun masih
ditemukan bias gender
dalam buku ajar. Salah
satu bentuk bias
gender seperti dalam
memberikan contoh: menggambarkan
anak perempuan bekerja di dalam rumah, sedangkan anak laki-laki membantu
ayahnya bekerja di
kebun. Selain berupa
gambar, penokohan selama ini
menggambarkan bagaimana perempuan
adalah sosok yang
lemah lembut, penyayang dan
cantik, sedangkan laki-laki
digambarkan sebagai pemimpin,
kuat, dan suka bekerja keras.
Wanita lebih
banyak berpartisipasi dalam
bidang studi yang
berbeda dengan pria (seperti lebih banyak mengambil ilmu
sastra dan ekonomi rumah tangga
daripada eksakta). Jumlah
siswa perempuan yang memilih
jurusan IPA atau matematika
di SMU lebih
kecil proporsinya sehingga
mereka lebih sulit untuk memasuki berbagai jurusan
keahlian di perguruan tinggi, misalnya dalam berbagai bidang
teknologi dan ilmu-ilmu
eksakta lainnya. Pada
kedua jenis jurusan keahlian
itu, proporsi mahasiswi hanya mencapai 19,8
persen. Di lain pihak mahasiswi
lebih dominan dalam jurusan-jurusan keahlian terapan bidang manajemen (57,7
persen), pelayanan jasa dan transfortasi (64,2 persen), bahasa dan sastra (58,6
persen) serta psikologi (59,9 persen) (Suryadi dan Idris, 2004).
Bassey
dkk (2008) melakukan sebuah studi mengenai “Gender
Differences and Mathematics Achievement of Rural Senior Secondary Students in Cross River State, Nigeria”.
Penelitian tersebut dilakukan di wilayah pedesaan Nigeria. Hasil penelitian
tersebut menghasilkan sebuah simpulan bahwa dalam mata pelajaran Matematika,
laki-laki lebih unggul jika dibandingkan dengan perempuan.
Perempuan
dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas,
identik dengan keterampilan
”pekerjaan ibu rumah
tangga”. Mereka dituntut
untuk bersikap tenang, bersifat
menghargai, penuh perhatian,
dapat dipercaya, serta
mau bekerja sama. Untuk
laki-laki harapan lebih
didasarkan pada kriteria kemampuan akademik
seperti pengetahuan, kecakapan
intelektual, dan kebiasaan
kerja (Ollenburger dan Moore, 1995).
Atas dasar nilai-nilai tersebut,
perempuan di sekolah
lebih memilih kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat “feminim”, seperti seni.
Laki-laki lebih menyukai kegiatan yang sifatnya “maskulin” seperti
olah raga atau
kegiatan pecinta alam
yang memang memerlukan fisik yang
kuat.
Perbedaan gender lain mempengaruhi
pria dan wanita bereaksi
di kelas:
a) Wanita memiliki pendengaran lebih
teliti daripada laki-laki dan
lebih sensitif terhadap
suara keras
b) Pria memiliki visi lebih
teliti daripada perempuan walaupun
mereka lebih cenderung
buta warna.
c) Wanita lebih mampu membaca
wajah dan bahasa
tubuh.
d) Pria lebih baik dalam kegiatan belajar
kinestetik, dan perempuan
mungkin merasa puas untuk hanya mengamati.
e) Wanita dan
laki-laki cenderung tidak
mampu belajar matematika.
f) Pria memiliki kebutuhan yang
lebih besar untuk kegiatan,
lebih impulsif, dan
mengembangkan keterampilan motorik daripada perempuan.
g) Wanita lebih baik dalam kecepatan persepsi
h) Laki-laki lebih mampu mengingat
isyarat visual sedangkan
perempuan lebih mampu mengingat
penempatan objek dan
kata-kata.
i)
Pria mengatasi stres
melalui "tindakan," sedangkan perempuan melalui "sharing"
(James, Dalam Press)
C.
Perbedaan
Gender dalam Pelajaran Matematika
Beberapa hasil
penelitian lain, menunjukkan
bahwa faktor gender
mempengaruhi cara memperoleh pengetahuan
matematika. Keitel (1998),
Pinto (1998), dan
Susento (2006), menunjukkan bahwa
gender merupakan faktor
yang cukup berpengaruh
dalam proses
konseptualisasi. Sebagai contoh,
Keitel (1998) menyatakan,
“Gender, social,
and cultural dimensions are
very powerfully interacting
in conceptualizations of
mathematics education,...”.Adanya pengaruh
faktor gender dalam
proses konseptualisasi
menunjukkan bahwa gender dapat
berpengaruh pada penggunaan intuisi dalam memahami konsep-konsep matematika.
Dari sisi
perbedaan gender, ditemukan
bahwa bukan hanya
adanya perbedaan kemampuan dalam matematika
yang didasari oleh
faktor gender, tetapi
cara memperoleh pengetahuan matematika juga terkait dengan
perbedaan gender. Keitel (1998), Pinto (1998), dan Susento (2006),
menunjukkan bahwa gender
merupakan faktor yang
cukup berpengaruh dalam
proses konseptualisasi.
Sebagai contoh, Keitel
(1998) menyatakan, “Gender, social,
and cultural dimensions are
very powerfully interacting
in conceptualizations of
mathematics education,...”.
Karena itu, diduga bahwa ada kontribusi faktor gender dalam penggunaan intuisi.
Beberapa penelitian
untuk menguji bagaimana
perbedaan gender berkaitan
dengan pembelajaran matematika,
laki-laki dan perempuan
dibandingkan dengan
menggunakan variabel-variabel termasuk
kemampuan bawaan, sikap,
motivasi, bakat, dan kinerja (Goodchild,
& Grevholm, 2007).
Beberapa peneliti percaya
bahwa pengaruh faktor
gender (pengaruh perbedaan laki-laki-perempuan) dalam
matematika adalah karena adanya perbedaan biologis dalam otak anak laki-laki
dan perempuan yang diketahui melalui observasi, bahwa anak perempuan, secara
umum, lebih unggul dalam bidang bahasa dan menulis, sedangkan anak laki-laki
lebih unggul dalam bidang matematika karena kemampuan-kemampuan ruangnya yang
lebih baik (Geary, Saults, Liu,
2000). Akibatnya, perbedaan gender dalam
matematika cukup sulit diubah. Namun di lain
sisi, berbagai kajian
menyatakan bahwa tidak
ada peran gender,
laki-laki atau perempuan,
yang saling mengungguli dalam
matematika (Weaver, 2003) dan pada
akhirnya, perempuan bisa lebih unggul dalam berbagai bidang yang berkaitan
dengan matematika.
Salah satu
temuan terkini (Mullis,
2004), baik studi
nasional maupun internasional,
menunjukkan bahwa perbedaan gender
dalam matematika mengalami penurunan, tahun demi tahun. Hasil kajian
komparasi internasional yang
luas merupakan suatu
trend dalam penelitian
gender secara internasional
menunjukkan bahwa perbedaan hasil belajar matematika antara negara-negara jauh lebih besar daripada perbedaan hasil belajar
matematika antara anak laki-laki dan
perempuan (Mullis, 2004). Namun
demikian, belakangan ini,
hasil penelitian tentang
adanya pengaruh perbedaan gender
seringkali tidak signifikan
secara statistik. Hasil-hasil
penelitian terakhir menunjukkan bahwa
anak perempuan secara
konsisten memperoleh prestasi
yang lebih baik daripada
anak laki-laki di
kelas. Lingkungan pendidikan, dimana
perempuan diharapkan diperlakukan sama
dengan laki-laki memiliki
peran penting dalam
pengurangan pengaruh perbedaan
gender.
Anak laki-laki
dan perempuan adalah
berbeda, dan sebagai
akibatnya, muncul perbedaan tentang cara
belajar mereka. Contohnya,
Orhun (2007) menginvestigasi hubungan
antara gender dan gaya
belajar. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan di antara
gaya-gaya belajar yang lebih
disukai oleh siswa
laki-laki dan perempuan.
Studi tersebut menemukan bahwa
siswa perempuan lebih menyukai gaya belajar konvergen. Kemampuan belajar
yang dominan konvergen menggunakan
konseptualisasi abstrak dan melakukan
eksperimentasi secara aktif.
Siswa dengan gaya belajar ini
lebih menyukai inquiry tipe discovery.
Sedangkan siswa laki-laki dalam studi
ini kebanyakan lebih suka
gaya belajar assimilator.
Kemampuan belajar yang
dominan assimilator
menggunakan konseptualisasi abstrak
dan observasi refleksi. Mereka belajar
dengan melihat dan berpikir.
Hasil-hasil
penelitian yang diuraikan dalam bagian ini menunjukkan adanya keragaman
hasil-hasil penelitian mengenai
peran gender dalam
pembelajaran matematika. Beberapa
hasil menunjukkan adanya faktor
gender dalam pembelajaran
matematika, namun pada
sisi lain, beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa gender
tidak berpengaruh signifikan
dalam pembelajaran matematika
D.
Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Perempuan Lebih Berprestasi
Pada
dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah
faktor intern yang merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu
itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke
dalam faktor intern yaitu
kecedersan atau intelegensi,
bakat, minat dan motivasi. Faktor berikutnya adalah faktor
ekstern yaitu faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang sifatnya di
luar diri individu,
yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya.
Ada beberapa
argumentasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan perbedaan prestasi belajar antara
laki-laki dan perempuan. Perempuan dalam hal ini
diposisikan sebagai individu
yang memiliki prestasi belajar
yang lebih baik daripada
laki-laki. Perempuan pada
beberapa waktu terakhir mengalami
kemajuan dalam hal
prestasi belajar, perempuan
juga dipandang memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam
bidang publik. Perkembangan masyarakat industri
memberikan peluang yang
lebih banyak dalam
sektor publik. Perempuan dalam
bursa pasar kerja,
mendapat kesempatan yang
lebih luas dalam mengembangkan
karirnya, terlebih lagi
bagi perempuan yang
belum menikah. Kondisi ini
sangat berbeda dengan
masa sebelum era
industri berkembang dengan pesat.
Perempuan pada masa
itu hampir tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya di sektor
publik. Perubahan tersebut merefleksikan
perubahan sikap di
antara perempuan (Haralambos dan
Horlborn, 2004). Ketika
perempuan diberikan kesempatan yang sama
dengan laki-laki untuk mengembangkan kemampuannya
di sektor publik maka perempuan
berupaya untuk mencapai tingkat
pendidikan setinggi mungkin.
Mitsos dan
Browne (dalam Haralambos
dan Horlborn, 2004) menjelaskan bahwa terdapat bukti yang dapat menjelaskan bahwa
perempuan memiliki tingkat prestasi
belajar yang lebih
baik daripada laki-laki.
Menurut mereka perempuan
lebih termotivasi dan
bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan
pekerjaan sekolah. Motivasi
dan keterampilan organisasi yang lebih
tinggi pada perempuan
memberi mereka keuntungan
dalam pekerjaan yang ikut
diperhitungkan dalam ujian
selanjutnya daripada kemampuan
perempuan pada masa lalu.
Menurut Rushton
(dalam Clerkin and Macrae, 2006) menjelaskan bahwa perbedaan prestasi
belajar laki-laki dan
perempuan lebih disebabkan
oleh perbedaan tingkat inteligensi.
Laki-laki lebih aktif
daripada perempuan. Akan tetapi, keaktifan laki-laki ini kemudian
menyebabkan laki-laki menjadi lebih sulit untuk diatur. Hal inilah yang
menyebabkan laki-laki memiliki prestasi
belajar yang lebih rendah daripada perempuan.
Laki-laki sering
membuat keributan di
kelas. Mereka lebih
suka membolos daripada perempuan, yang kemudian menyebabkan laki-laki
banyak kehilangan waktu belajarnya di kelas. Budaya maskulinitas mendorong laki-laki untuk berpenampilan
macho dan keras.
Mereka kemudian lebih
bersifat “antipendidikan”
dan “antibelajar”, bersekolah
kemudian dilihat sebagai kegiatan yang
tidak macho (unmacho)”. Kemunduran
hasil pekerjaan tangan laki-laki disebabkan
oleh kurangnya motivasi
laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan di
kelas. Berkurangnya kesempatan
bagi sekelompok laki-laki memungkinkan rendahnya
kepercayaan dan penghargaan
diri laki-laki dalam kelompoknya.
Kepercayaan diri
perempuan yang lebih
baik daripada laki-laki
dalam menyelesaikan
tugas-tugas belajarnya, turut
mendukung prestasi
pendidikannya. Mitsos dan
Browne mengatakan bahwa
secara singkat dan umum
ketika laki-laki menyukai
sepak bola, permainan
olahraga atau game dalam komputer dan menarik diri dari
aktivitas “perempuan”, perempuan lebih suka
membaca atau berdiam
diri. Perempuan lebih
mengembangkan keterampilan
berbahasa mereka daripada laki-laki,
dan sejak sekolah menjadi sarana untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa,
laki-laki mengalami kemunduran dalam
prestasi karena laki-laki
kurang memusatkan perhatian pada keterampilan
berbahasa (Haralambos dan
Horlborn, 2004). Mitsos
dan Browne kemudian menempatkan
perhatian pada aktivitas
membaca. Perempuan lebih suka
membaca daripada laki-laki.
Seorang ibu lebih
suka membaca cerita untuk
anak-anaknya daripada ayah.
Hal ini kemudian menyebabkan perempuan
mengikuti peran yang
sama dengan ibunya
yang mendorong mereka untuk suka membaca daripada laki-laki. Ketika perempuan beranjak dewasa
perempuan lebih suka membaca buku fiksi daripada laki-laki. Buku fiksi
adalah buku yang
sering dibaca pada
awal-awal tahun di
sekolah dasar. Hal ini memberikan
kemampuan membaca yang lebih
pada perempuan (dalam Haralambos
dan Horlborn, 2004).
Francis memberikan
penjelasan mengenai perbedaan
prestasi belajar antara laki-laki
dan perempuan. Menurut
Francis, perbedaan tersebut disebabkan faktor
kepercayaan diri dan
ambisi (Haralambos dan
Horlborn, 2004). Laki-laki mendominasi kelas
dan lebih banyak menarik perhatian
guru daripada perempuan. Kemudian,
prestasi belajar perempuan
mengalami kemajuan meskipun laki-laki
tetap mendominasi interaksi
di kelas. Perilaku sebagian laki-laki
yang “merusak” memiliki
dampak yang negatif
dalam pendidikan laki-laki dan perempuan.
Harapan akan prestasi yang rendah pada
laki-laki menyebabkan dampak
negatif dalam mencegah
laki-laki untuk
mengembangkan prestasi lebih
cepat daripada perempuan.
Francis meyakini adanya motif
berprestasi yang besar pada diri perempuan. Hal ini menyebabkan perempuan
memiliki motivasi untuk berprestasi yang lebih besar daripada laki-laki.
Giddens (2006)
menyatakan bahwa perempuan
seringkali lebih baik dalam melakukan organisasi
dan memiliki motivasi yang lebih
tinggi daripada laki-laki. Perempuan
juga terlihat lebih
dewasa daripada laki-laki.
Satu manifestasi dari hal faktor ini adalah bahwa perempuan memelihara
hubungan dengan percakapan dan
keterampilan verbal. Laki-laki
di sisi yang
lain bersosialisasi menggunakan cara
yang lebih aktif dengan olahraga,
game komputer dan bermain di lapangan dan lebih suka membuat keributan
di kelas. Pola perilaku tersebut
kemudian diafirmasi oleh
guru di kelas,
yang memiliki harapan yang lebih
rendah pada laki-laki
daripada perempuan dan menempatkan keributan
laki-laki dengan memberikan
perhatian yang lebih pada
mereka. Dengan kata
lain, perilaku laki-laki
yang lebih suka
membuat keributan merupakan satu aspek yang diperhatikan guru dan
perilaku tersebut menyebabkan guru memiliki
harapan yang lebih
rendah daripada perempuan, artinya, individu
yang membuat keributan
dianggap sebagai individu
yang kurang memiliki harapan untuk mampu berprestasi.
KESIMPULAN
1) Perbedaan
jenis kelamin sebenarnya bukanlah sebuah
faktor pembeda yang mempengaruhi
prestasi belajar, namun
variabel sosiallah yang mempengaruhi perbedaan tersebut.
Variabel tersebut salah
satunya adalah penilaian
pendidik dalam menanggapi karakter
atau sifat antara
laki-laki dan perempuan. Penghargaan diri
dan kepercayaan diri siswa laki-laki
dan perempuan turut dipengaruhi
oleh perlakuan dan
harapan pendidik atas
diri mereka. Pendidik harus
memperlakukan mahasiswa laki-laki
maupun perempuan secara
adil sesuai dengan kekhasan mereka.
2) Peran
pendidik merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Bagaimana cara pendidik memperlakukan
siswanya dapat mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar mahasiswa. Untuk itu, pendidik harus memberikan
motivasi dan penghargaan atas prestasi yang diraih peserta didik. Selain itu, pendidik
harus memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan budaya membaca kepada peserta
didiknya. Hal ini dikarenakan kebiasaan
membaca turut mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ersen Yazıcı, Erhan Ertekin. 2010. Gender Differences of Elementary
ProspectiveTeachers in Mathematical Beliefs and Mathematics Teaching Anxiety. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fassets.cambridge.org%2F97805218%2F26051%2Fsample%2F9780521826051ws.pdf&rct=j&q=Gender%20differences%20in%20learning%20mathematics%20pdf&ei=mbCJTbC_I4IrAfjrLHNDg&usg=AFQjCNHk4qkV4lUdzRlQy4Vp5fhZswhdRQ&cad=rja
diakses pada tangaal 23 Maret 2011.
James, A. N. 2007. Gender
Differences and the Teaching of Mathematics. Virginia Community College
System. http://www.vccaedu.org/inquiry/inquiry-spring-2007/i-12-James.html diakses pada tanggal 23 Maret 2011.
Kaino, L.M. 1998. Undergraduates’ Attitudes And The Study Of Mathematics At The University Of Swaziland.
University of Swaziland, Swaziland. http://www.google.co.id/webhp?hl=id&tab=Tw&q=Perbedaan%20gender%20dalam%20pembelajaran#q=Gender+differences+in+learning+mathematics+pdf&hl=id&biw=1024&bih=434&prmd=ivns&ei=l7OJTYzoN4HsrQfvkcnBDg&start=20&sa=N&fp=c494e1b41d517086
diakses pada tanggal 23 Maret 2011.
Muthukrishna, Nithi. 2010. Gender Differences In Mathematics Achievement: An
Exploratory Study At A Primary School In Kwazulu-Natal.
http://www.faqs.org/periodicals/201012/ 2187713391.html
diakses pada tanggal 23 Maret 2011.
Thanks for the post. Im a big fan of the blog, i've even put a little bookmark right on the scr888 download apk 2019 tool bar of my Firefox you'll be happy to find out!
BalasHapusYou have some honest ideas here. I done a research on the issue and discovered most peoples will agree tm.scr888 free download with your blog.
BalasHapusYou're soooo talented 918kiss malaysia pc in writing. God is truly utilizing you in tremendous ways.
BalasHapusI definitely appreciate Ultra Test XR your blog. Excellent work!
BalasHapusmega888 Thanks mega888 Malaysia for sharing mega888 ios info mega888 download. Keep mega888 apk up the mega888 login good work...We hope mega888 apk for android you will mega888 android download visit our blog mega888 download apk often as we discuss topics of interest mega888 download link to you
BalasHapusThanks 918kiss malaysia for 918kiss malaysia apk sharing 918kiss company malaysia info. Keep up 918kiss hack malaysia the good work...We hope you will visit our blog often as we 918kiss malaysia discuss topics of interest to you
BalasHapusYou're soooo talented in writing. God is truly mega888 download link utilizing you in tremendous ways.
BalasHapusMBO128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel , Poker Terpopuler di Indonesia. Pasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia MBO128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar! 1 Userid bisa bermain semua permainan
BalasHapusSabung Ayam
Sbobet
Casino Online
Tembak Ikan
IDN LIVE
Daftar bisa langsung ke:
WhatsApp : 085222555128