Pengaruh Intelegensi Terhadap Kesuksesan Belajar Siswa


Pendahuluan
Kecerdasan atau Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam  mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui  cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan  kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila  dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ  pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses  belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi  intelegensi  seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut  meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi  individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. 
Definisi Kecerdasan

Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir.  Stenberg & Slater (1982), Wikipedia. Intelligence. Diambil pada tanggal 22 Februari 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Intelligence mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. “Intelegensi involves (a) the capacity to learn from experience and (b) the ability to adapt to the surrounding environment” (Wlihelm & Engle, 2005:296). Psikolog ini mengatakan bahwa intelegensi meliputi kapasitas belajar dari pengalaman dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan  pikiran  mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.  

Tipe Kecerdasan
Menurut Prof. Howard Gardner – Harvard University – “Frames of Mind” ada beberapa tipe kecerdasan yang disebut dengan  Multiple Intelligences yaitu :
         Verbal-Linguistic
         Logical-Mathematical
         Musical
         Bodily Kinaesthetic
         Visual - Spatial
         Interpersonal
         Intrapersonal
         Naturalist

Teorinya tentang multiple intelegence atau kecerdasan maejmuk ini menjelaskan cakupan potensi manusia. Teori ini telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi dunia pendidikan, yang sebelumnya lebih banyak memberikan fokus perhatian hanya pada sisi language dan mathematical intelligence. Ke dua tipe kecerdasan tersebut  bukan hal yang dapat digunakan sebagai  alat ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang, tapi disana ada kecerdasan-kecerdasan lain yang juga amat penting, yaitu: linguistik, logika-matematika, visual-spasial, musikal, fisik kinestesik, interpersonal (sosial), intrapersonal, dan naturalis.
Bagi para pendidik ide multiple intelligence ini menjadi inspirasi dalam pengkayaan kurikulum pendidikan sekolah, terutama dalam memperkaya metode penyampaian materi pelajaran dengan memanfaatkan ke-delapan  potensi kecerdasan manusia ini. Berikut akan dibahas masing-masing dari tipe kecerdasan tersebut :

1.      Verbal-Libguistic Intl.
Adalah suatu kecerdasan yang berhubungan dengan bagaimana menjelaskan ide & informasi melalui bahasa tertulis/lisan.
Ciri-ciri :
         Mampu menjelaskan sesuatu ide yang mudah dimengerti orang lain
         Mampu membaca dan mengerti apa yang dibaca.
         Pandai berbahasa asing.
         Pandai berdebat / diskusi
         Memiliki kemampuan menceritakan dan menikmati humor
Karir yang cocok :
Penulis,  Pengacara,  Wartawan  Juru Bicara,  Copy-writer,  Guru Bahasa,  Editor, Translator, Konsultan media, Presenter TV/radio, Dubber

2.      Logical-Mathematical Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Mengenali suatu pola
         Penjelasan yang logis
         Pekerjaan analisis
         Perhitungan matematika
         Hubungan sebab dan akibat
Ciri-ciri :
         Menyenangi angka dan hitungan
         Berpikir logis
         Tertarik dengan teknologi
         Menyukai operasi penghitungan yang rumit
Karir yang cocok :
Ilmuwan,  Insinyur , Ahli computer,  Akuntan,  Peneliti,  Bankir,  Analis,  R & D

3.      Musical Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Pengenalan atas nada/suara/musik
         Penciptaan atas nada/suara/musik
         Apresiasi atas nada/suara/musik
         Hubungan antara nada/suara/musik dengan perasaan (mood)
Ciri-ciri :
         Mampu bernyanyi / bermain alat musik
         Mampu menciptakan musik
         Menikmati semua jenis musik
Karir yang cocok :
Musisi,  Penyanyi,  Komposer,  DJ, Produser music,  Pemain piano, Penata musik , Pelatih vokal

4.      Bodily – Kinaesthetic Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Kontrol gerakan tubuh
         Kecekatan gerak tubuh (baca : terampil)
         Kegesitan gerak tubuh (reaksi cepat)
         Keseimbangan tubuh
·         Koordinasi mata & tubuh
Ciri-ciri :
         Bergerak aktif
         Suka olah raga apa saja
         Koordinasi fisik sangat baik
         Hidup sesuai standar kesehatan
         Menyukai praktek langsung
Karir yang cocok :
Penari,  Peraga,  Aktor,  Atlet,  Tentara,  Sopir,  Pembalap,  Pengrajin, Akupunturis,  Petualang

5.      Visual-Spatial Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Pemahaman atas informasi berupa gambar
         Penciptaan gambar (melukis, mensketsa, karikatur, fotografi, desainer)
         Segala sesuatu yang berhubungan dengan dimensi (ruangan)
         Segala sesuatu yang berhubungan dengan arah (mata angin)
Ciri-ciri :
         Senang menggambar dan mematung
         Berimajinasi dengan baik
         Senang belajar grafik, peta, dll
         Mampu mengenali lokasi
Karir yang cocok :
Arsitek,  Desainer,  Kartunis,  Fotografer,  Perencana kota,  Ahli kecantikan

6.      Interpersonal Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Kemampuan atas pemahaman perasaan orang lain (empati)
         Kemampuan menghubungkan seseorang dengan orang lainnya
         Pemahaman akan perilaku
         Pemahaman akan komunikasi
         Pemahaman hubungan antara seseorang dengan situasi di sekitarnya
         Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya lewat body language
         Interpretasi mood seseorang lewat raut wajahnya
Ciri-ciri :
         Mampu bersosialisasi
         Bekomunikasi dengan baik
         Mampu mempengaruhi orang lain
         Mampu bekerja sama
Karir yang cocok :
Salesman, Mediator, Counsellor,  Guru, Dokter,  Politikus

7.      Intrapersonal Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Self awareness
         Kemampuan untuk menentukan tujuan hidupnya
         Dan kemampuan untuk melakukan perubahan menuju ke tujuan hidupnya tersebut
         Kemampuan untuk memahami eksistensinya di dunia
         Kemampuan untuk memahami kebutuhan diri sendiri
 Ciri-ciri :
         Mandiri
         Mengerti kebutuhan mental diri sendiri
         Mampu meningkatkan potensi diri
         Mampu menyelami suatu pribadi
         Memiliki tujuan hidup yang jelas
Karir yang cocok :
         Psikiater
         Psikolog
         Filsuf

8.      Naturalis Intl.
Adalah suatu kecerdasan untuk :
         Mengenali semua yang berhubungan dengan flora
         Mengenali semua yang berhubungan dengan fauna
         Mengenali semua yang berhubungan dengan lingkungan
         Mengenali semua yang berhubungan dengan kesehatan
Ciri-ciri :
         Senang memelihara tanaman / hewan
         Perduli terhadap lingkungan
         Tertarik pada bidang biologi
Senang menjelajahi alam
Karir yang cocok :
Petani,  Peternak,  Pekebunan,  Ahli biologi,  Ahli pelestarian alam,  Juru masak Ahli lingkungan

Faktor yang memengaruhi kecerdasan

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
·         Biologis
·         Lingkungan
·         Budaya
·         Bahasa
·         Masalah etika

Pengukuran taraf kecerdasan

Salah satu uji kecerdasan yang diterima luas ialah berdasarkan pada uji psikometrik atau IQ. Pengukuran kecerdasan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau tes tampilan (performance test) atau saat ini berkembang pengukuran dengan alat bantu komputer.  Seperti apa yang telah tersebut di muka, pendidikan di sekolah pada umumnya mengajarkan materi yang berkaitan dengan dua kecerdasan. Ini karena tes IQ yang diterapkan selama ini berupa huruf dan angka. Demikian pula dengan hasil tes IQ sering digunakan untuk memprediksi keberhasilan siswa di sekolah, karena materi yang diajarkan dan cara mengajar anak di sekolah tergantung pada kedua jenis kecerdasan tersebut, yakni bahasa dan logika-matematika.


Kecerdasan  Optimal
Beberapa ahli mengemukakan dalam penelitiannya bahwa keberhasilan atau kesuksesan seseorang tidak hanya  mengandalkan kecerdasan intelektual semata melainkan ada  kecerdasan lain yaitu kecerdasan emosional yang memiliki peranan sangat penting untuk menghantarkan seseorang menuju sukses. Menurut Daniel Goleman, sang pakar kecerdasan emosional mengungkapkan dalam bukunya, Emotional Intelligence, bahwa perbandingan peran antara kecerdasan emosional dibanding kecerdasan intelektual dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang adalah setara dengan perbandingan 80 : 20
Apakah kecerdasan emosional itu?
Mari kita bayangkan sebuah kejadian, ketika anak-anak sedang melalui kewajiban untuk mengikuti ujian akhir sekolah. Sebelumnya, mereka telah berusaha belajar berbulan-bulan di bawah bimbingan guru, dan mengerjakan beratus-ratus soal-soal latihan. Pada hari pelaksanaan ujian, mereka merasa mantap dengan persiapan yang telah dilakukan selama ini.
Kesiapan mental mereka ternyata mulai goyah setelah mulai membaca soal-soal ujian yang dibuat oleh sekolah lain. Ternyata model soal serta materi yang ditanyakan di sana sangat jauh berbeda dengan apa yang selama ini diajarkan oleh guru mereka! Tentu saja, anak-anak pun kelabakan menghadapinya.
Seorang anak segera mengalami down, kejatuhan mental karenanya. Timbul perasaan kecewa yang sangat berat karena ternyata persiapan matang yang sudah dilakukan selama ini salah dan tak berguna. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, wajahnya tegang, dan hafalan-hafalan rumus yang semula sudah lekat di kepala pun tiba-tiba hilang tak bersisa. Ia menghabiskan waktu dengan mencoret-coret lembar jawaban, terus-menerus mendesah dan mengeluh jengkel, sambil melirik kanan kiri, melihat reaksi teman di kanan kirinya, berharap ada teman yang sama bingungnya dengan dirinya. Akhirnya ia pun menyelesaikan ujiannya dengan hampir separuh soal tak terisi.
Anak yang lain bereaksi dengan mencoba meredam keterkejutannya, melihat betapa sulit soal yang dihadapinya. Ia menarik nafas panjang, menegakkan punggungnya, dan berusaha menenangkan hatinya. Sempat timbul keraguan, bisakah ia mengerjakannya? Namun hati kecilnya cepat menepis keraguan itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia telah berusaha sebaik mungkin untuk belajar. Diingatnya pesan ibunya, bahwa Allah menilai berdasarkan seberapa besar usaha seseorang, bukan seberapa besar hasilnya. Maka ia pun mulai mencoba membaca dengan hati-hati soal demi soal dengan tenang, dan mencoba menjawab sebatas kemampuannya. Ternyata, ia bisa menyelesaikan seluruh soal yang ada, walaupun banyak yang diisinya penuh keraguan, namun ia tak membiarkannya kosong tak berisi, karena bukankah mencoba mengisinya masih lebih baik dari pada tidak diisi sama sekali?
Dalam kisah di atas, anak sedang dihadapkan kepada situasi yang menegangkan dan menimbulkan kekecewaan serta kekhawatiran yang mencekam. Kedua anak telah menunjukkan dua reaksi emosi yang berbeda dalam menghadapinya. Anak pertama tak mampu mengatasi stress yang dialaminya, sehingga ia tak bisa mengontrol kepandaian otak rasionalnya. Sebaliknya anak kedua mampu mempertahankan kestabilan perasaan dan emosinya dalam menghadapi ketegangan tersebut, sehingga berhasil menguasai otak rasionalnya. Ia telah memiliki emosi yang cerdas, yang akhirnya menyelamatkan nasibnya dalam ujian tersebut.
Dalam sisi kepribadian manusia, ternyata terdiri dua dimensi yang berbeda, yaitu sisi rasional dan sisi emosional. Sisi rasional menyangkut kemampuan manusia dalam menghitung, meneliti, memikirkan sebab akibat, menjalankan mesin dan memproduksi sesuatu. Sementara sisi emosional membawa nuansa perasaan, menyangkut suasana hati gembira, sedih, kecewa, tegang, takut, hingga pasrah.  Seberapa mampu seseorang mengatasi kesedihan, ketakutan dan mengelola berbagai sisi emosi dalam dirinya itulah yang disebut kecerdasan emosi. Mereka yang emosinya cerdas, ia akan tahu dan mampu menata perasaannya, kapan ia harus marah, sedih atau kecewa, dan kapan pula ia boleh gembira.
Selain mampu mengelola emosi diri sendiri, anak yang emosinya cerdas pun pandai memahami keadaan orang lain. Mereka mudah merasakan kesedihan dan kekhawatiran yang dirasakan temannya, sehingga tumbuh empati mereka untuk menghibur teman tersebut. Terhadap teman yang sedang jengkel, marah dan mengejek dirinya pun ia mudah memaafkan.  
Kepandaian dalam bersosialisasi, termasuk salah satu aspek kecerdasan emosi. Anak pandai bergaul, tidak pemalu, dan cenderung mengutamakan orang lain, setelah kepuasannya sendiri tercukupi. Mereka yang sangat cerdas emosinya bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin teman-temannya, dijadikan panutan dan disukai banyak teman.
 Anak yang memiliki emosi cerdas, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan. Mereka bisa mengendalikan emosi ketika ketegangan muncul saat menghadapi soal-soal ujian yang luar biasa sulitnya. Mereka mampu menenangkan kekalutan jiwanya, kemudian mencoba berpikir jernih dalam mengambil tindakan selanjutnya.
Kemampuan si anak mengelola emosinya, telah memperbaiki hasil nilai ujiannya, sehingga ia mampu meraih peringkat tinggi di kelas. Sementara temannya yang tak mampu mengelola emosinya dengan baik, begitu gugup dan jatuh mentalnya dalam mengerjakan soal ujian, hingga pikirannya tak mampu mengingat rumus-rumus yang sebelumnya sudah ia hafal di luar kepala. Kejadian ini cukup memberikan gambaran, bagaimana kecerdasan emosi anak bisa turut menentukan tingkat kecerdasannya.
Selain itu, mereka yang memiliki EQ tinggi, adalah mereka yang mengetahui persis kelemahan dirinya. Hanya mereka yang tahu kelemahan dirinyalah yang punya modal untuk memperbaiki diri. Kalau seseorang yang pemarah tak mau dikatakan pemarah, yang mudah tersinggung pun selalu tersinggung jika orang lain mengkritiknya, jangan diharap bisa melakukan perbaikan diri. Itu sebabnya, kecerdasan emosional merupakan syarat utama bagi mereka yang ingin memperbaiki diri dan ingin meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusianya.
Mereka yang EQ-nya terasah, akan memiliki satu atau beberapa dari banyak karakter-karakter mental yang positif, seperti sabar, rajin, ulet, pantang putus asa, percaya diri, tenang, supel. Dengan adanya sifat-sifat positif ini, akan lebih mudah lagi mencapai peningkatan intelektual (IQ). Sebaliknya, setinggi apapun IQ, bisa tak berfungsi jika tak memiliki sifat-sifat positif tadi


Penutup
Secara umum intelegensi sering disebut kecerdasan. Kecerdasan dapat dikatakan kemampuan untuk memecahkan suatu persoalan, kemampuan untuk menciptakan masalah- masalah baru untuk dipecahkan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga bagi orang lain 
Kecerdasan bukanlah suatu yang bersifat tetap melainkan dapat tumbuh dan berkembang. Setiap orang memliki kecerdasan masing-masing dan senantiasa berubah. Oleh karena itu kecerdasan manusia berbeda-beda dan sangat dinamis.  Intelegensi merupakan suatu suatu konsep yang komplek suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran. Gambaran sederhana  tentang definisi mengenai  intelegensi di dalam perspektif kognitif dan pemrosesan informasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh  dan menggali pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep kongkrit dan abstark, dan menghubungkan diantara objek-objek dan gagasan-gagasan, menggunakan penegtahuan dengan cara yang lebih berguna (in meaningful way) atau efektif
Model pembelajaran multi intelegensi yang dikemukakan oleh Howard Garner sangat cocok diterapkan, yaitu pembelajaran bertujuan mengembangkan kecerdasan anak didik, tidak hanya cerdik pandai dan mempunyai kemampunan untuk menguasai ilmu pengetahuan serta menyelesaikan masalah juga bermoral, mempunayai sikap demokratis dan empati terhadap oranglain dan pada akhirnya menjadikan mereka sadar bahwa manusia cerdas akan menghargai dirinya sendiri dan juga orang lain
Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat menyentuh intelegensi-intelegensi baik  intelegensi intelektual mapun intelegensi emosional yang dimiliki siswa sehingga dapat menggunakan intelegensi-intelegensi tersebut  untuk membangun pengetahuannya.









Sumber


Fleming, Grace. Multiple Intelligence Types. Diambil pada tanggal 22 Februari 2011 dari  http://homeworktips.about.com/od/learningstyles/ss/multiple.htm


Lie, A ( Edisi Juli-Agustus 2007). Wawasan Multikultural dalam Pendidikan Basis, p. 25, 29 )

Suharnan. (2005). “Psikologi Kognitif” Ed Revisi. Surabaya Srikandi

Towers,  Grady M. Theories of Multiple Intelligence. Diambil pada tanggal 4 Maret 2011 dari  http://www.prometheussociety.org/articles/multiple.html

Wikipedia. Intelligence. Diambil pada tanggal 22 Februari 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Intelligence


Wilhelm, O. & Engle, RW. (2005). Handbook of Understanding angd Measuring Intelligence. California: SAGE Publications.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar