A. Apakah Pendekatan Open-ended itu ?
Pembelajaran
dengan pendekatan open-ended biasanya
dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran
harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin
juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut
Shimada (1997) dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan,
keterampilan, konsep, prinsip atau aturan diberikan kepada siswa biasanya
melalui langkah demi langkah. Tentu saja rangkaian ini diajarkan tidak sebagai
hal yang saling terpisah atau saling lepas, namun harus disadari sebagai
rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap dari setiap siswa,
sehingga di dalam pikirannya akan terjadi pengorganisasian intelektual yang
optimal.
Tujuan
dari pendekatan open-ended menurut Nohda
(2000) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir
matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus
dikembangkan semaksimaksimal mungkin sesuai kemampuan siswa.
Kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut
terbuka jika memenuhi tga kriteria diantaranya:
1.
Kegiatan siswa harus terbuka
Kegiatan
siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajran yang mengakomodasi kesempatan
siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas.
2.
kegiatan matematik adalah ragam berpikir
Kegiatan
matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam dunia matematik atau
sebaliknya.
3.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik
merupakan satu kesatuan
Dalam
pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengankat pemahaman siswa
bagaimana memecahkan permasalahan dan perluasan serta pendalaman dalam berpikir
matematika sesuai dengan kemampuan individu.
B.
Mengkonstruksi
Problem
Menurut Suherman, dkk (2003 : 129-130)
mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-Ended yang tepat dan baik
untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Akan tetapi
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang dalam jangka waktu yang cukup
panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi
masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Sajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Soal-soal
pembuktian dapat diubeh sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan
dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3. Sajikan
bentu-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga dapat membuat suatu
konjektur.
4. Sajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5. Berikan
beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari
pekerjaannya.
C. Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Tiga hal yang harus diprehatikan dalam
pembelajaran sebelum problem itu ditampilkan dikelas adalah :
1. Apakah
problem itu kaya dengan konse-konsep matematika dan berharga ?
Problem harus mendorong
siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang.
2. Apakah
level matematika dari problem itu cocok untuk siswa ?
Pada saat siswa
menyelesaikan problem open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang telah mereka punya.
3. Apakah
problem itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki
keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi
sehingga dapat memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Pada tahap ini hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Tuliskan
respon siswa yang di harapkan.
Pembelajaran matematika
dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan merespons masalah dengan
berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan atau
menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah. Kemampuan siswa
terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan
mampu menjelaskan aktivitasnya dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin
juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda.
Dengan demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons
yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu
siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
b. Tujuan
dari problem itu harus diberikan harus jelas.
Guru memahami dengan
baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat
diperlakukan sebagai topik yang tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru
kepada siswa, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan
pengalaman, masalah Open-Ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau
rangkuman kegiatan belajar.
c. Sajikan
problem semenarik mungkin.
Konteks permasalahan
yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus
membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa. Oleh karena
masalah Open-Ended memerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan
strategi pemecahannya, maka masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
d. Lengkapi
prinsip posing problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem
itu.
Masalah harus
diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan
menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan, bila
eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud
memberikan terobosan yang cukup kepada siswa untuk memilih cara dan pendekatan
pemecahan masalah. Atau dapat pula diakibatkan siswa memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk
dari buku teks.
e. Berikan
waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem.
Terkadang waktu yang
dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan
pendekatan dan penyelesaian,, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari
siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
mengekplorasi masalah. Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara
siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran
dengan pendekatan Open-Ended.
D. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan
Open-ended
Keunggulan
dari pendekatan open-ended antara
lain :
1. Siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide.
2. Siswa
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
matematik secara komprehensif.
3. Siswa
dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
4. Siswa
secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5. Siswa
memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Disamping keunggulan
yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended terdapat beberapa kelemahan,
diantaranya :
1. Membuat
dan menyiapkan masalaha matematika yang
bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2. Mengemukakan
masalah yang lansung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa
yang mengalami kesulitan bagaimana merspon permasalahan yang diberikan.
3. Siswa
dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4. Mungkin
ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi.
E.
Contoh
Pendekatan Open-ended
Dalam suatu keadaan guru membuat soal yang dibagi menjadi dua masalah. Kelompok A
membahas masalah grafik dan tabel, sedangkan kelompok B membahas masalah bentuk
aljabar yang menyatakan fungsi.
KELOMPOK A
tabel 2.3: Tabel Fungsi
KELOMPOK
B
(a) y =
2/3 x (b) y =
x
(c) y = 2x +
1 (d)
y = x2
(e) y =
1/x (f) y =
x + 2 (g) y = ½ x – 1
Pertanyaan untuk
kelompok A, “Manakah fungsi-fungsi bentuk aljabar pada kelompok B yang
tabelnya seperti pada lembar pertanyaan kalian!”, sedangkan pertanyaan untuk
kelompok B, “Manakah diantara fungsi-fungsi aljabar yang grafiknya merupakan
grafik pada kelompok A”. Dan pertanyaan yang sama untuk kedua kelompok, “Dari
jawaban tersebut, jelaskan pendapat kalian dan carilah sebanyak mungkin
karakteristik sama yang lain!.”
Konteks
pedagogi
Permasalahan ini
mencakup topik fungsi linear. Tujuan pembelajarannya adalah membantu siswa
mengintegrasikan apa yang telah ia pelajari mengenai fungsi linear. Soal
terbuka seperti ini disajikan dengan maksud guru dapat mengemukakan
permasalahan dalam format sederhana sehingga dapat direspon siswa dengan
cepat.
Dalam pembelajaran
biasa, seringkali siswa disuruh menggambarkan fungsi dalam bentuk tabel,
grafik, atau bentuk lain. Topik ini diberikan secara individual dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Meskipun pendekatan langkah-demi-langkah ini
mungkin diperlukan pada tahap formasi konsep, namum pemahaman bagian-bagian
seperti ini tidak akan menjamin pemahaman konsep secara menyeluruh. Pemahaman
yang terintegrasi dari suatu konsep hanya akan dicapai jika siswa memiliki
perspektif yang diperolehnya dari hubungan keterkaitan antar komponen-komponen
yang berelasi.
Tabel 2.
4: Contoh respon siswa yang diharapkan pada soal kelompok A
Tabel
2.5. Contoh respon siswa yang diharapkan pada soal kelompok B
Daftar
Pustaka
1. Nohda, N. 2000. A Study of “Open-Approach” Method in School Mathematics Teaching. Paper
presented at the 10th ICME, Makuhari, Japan.
2. Suherman, Erman.
dkk(2003). Strategi Pembelajaran
matematika Kontemporer. Universitas pendidikan Indonesia.
3. Syaban, Mumun.
2010. Menggunakan
Open-Ended untuk Memotivasi
Berpikir Matematika. Jurnal diambil dari http://educare.e-fkipunla.net
.
4. Syafrudin.
2008. Pendekatan open-ended problem
Matematika.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar